Perjalanan masih jauh
Entah sampai kapan akan tiba
Seperti sebuah penantian yang tidak berujung
Kadang aku merasa bahwa energiku takkan cukup untuk meneruskan perjalanan ini
Kepenatan yang berujung sebuah keterpaksaan mulai menderaku
Satu-persatu penyesalan perlahan-lahan mulai merayapi batinku
Sesak...
Ingin kuhempaskan semua beban yang menjejali diriku
Ingin kucampakkan semua hal yang menggelayuti pikiranku
Agar kaki ini terasa lebih ringan melangkah
Kemana gerangan ruh yang setia menemani perjalananku?
Harus kuapakan kehampaan yang menyelimutiku jiwaku?
Bingung...
Raab... aku merasa Kau begitu jauh
Diantara kecamuk yang bergemuruh di batinku
Aku coba bertanya pada diriku sendiri
Man ana?
Min aina ana?
Ila aina ana?
Kuresapi dalam-dalam pertanyaan tersebut
Sejumput kesadaranpun mulai membayang di benakku
Aku malu ya Raab...
Layakkah aku disebut sebagai Abdullah!!!
Aku hanya pandai menuntut
Sementara terlalu sering kuabaikan hak-Mu
Terlalu banyak nikmat-Mu yang telah kudustakan
Terlalu sibuk barang ku mengucap syukur atas karunia-Mu
Terlalu sombong barang ku mengagungkan kebesaran-Mu
Dunia sudah mencuri jiwaku
Melenakanku dengan janji semunya
Aku lupa bahwa akhirat adalah akhir penantianku
Aku lupa bahwa setiap amalan akan ditimbang
Aku lupa menghitung seberapa banyak bekal yang bisa memberatkan timbangan kebaikanku kelak!
Aku sadar Ya Raab...
Aku bukanlah seorang ma'shum yang suci dari dosa
Aku bukanlah insan kamil yang sempurna
Aku hanya seorang hamba-Mu yang kerdil dan lemah
Raab... aku yakin Kau masih mendengarkanku
Aku bermunajat agar Kau memberikan ampunan-Mu padaku
Jangan Kau cabut kenikmatan setelah Kau berikan padaku
Jangan Kau biarkan dunia menutup mataku atas akhirat-Mu
Tetapkanlah hatiku atas-Mu
Golongkanlah aku dalam kafilah syuhada yang senantiasa rindu berjumpa dengan-Mu
intanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar